Selasa, 28 Desember 2010

Kembangkan Bangunan Arsitektur Tropis

Bangunan yang memiliki prinsip arsitektur tropis perlu dikembangkan sebagai bentuk bangunan yang ramah lingkungan. Bangunan dengan prinsip ini dapat memproteksi radiasi matahari, mencegah peningkatan temperatur di dalam ruangan, dan memiliki ruang gerak bagi udara luar (Arsitektur Modern).

Profesor LMF Purwanto mengatakan hal tersebut dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Potensi Desain Arsitektur Tropis”, ketika dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Kamis (16/4), di Kota Semarang. Purwanto merupakan guru besar ke-4 yang dikukuhkan universitas dan pertama bagi Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata.

Purwanto mengatakan, prinsip yang ditekankan dalam arsitektur tropis adalah bangunan dapat menahan pengaruh negatif dari iklim tropis agar tidak masuk ke dalam ruangan. “Jadi, bentuk bangunannya bisa fleksibel yang terpenting memenuhi kaidah tersebut,” katanya.

Bentuk bangunan yang memenuhi prinsip arsitektur tropis dapat ditemui pada bangunan-bangunan tradisional yang berciri memiliki teritisan panjang dan jendela lebar agar temperatur ruangan tidak meningkat.

Namun, seiring perkembangan desain arsitektur, bentuk bangunan tersebut mulai ditinggalkan. Padahal, bangunan Arsitektur Modern terdapat kerugian seperti tidak memiliki kenyamanan termal dan tidak hemat energi.

Untuk itu, lanjut Purwanto, diperlukan desain bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi tersebut tanpa harus mengubah bentuk, seperti dengan pemilihan bahan bangunan dengan penggunaan “jendela pintar” dan pemakaian energi alternatif.

Sumber :

Pertimbangan Untuk Menjadi Green Architecture

Green architecture ataupun sustainable architecture punya makna yang sama yaitu arsitektur berkelanjutan atau bangunan yang peduli terhadap lingkungan. 
Pengertian yang lebih luas berarti cara berpikir yang meminimalkan efek negatif yang ditimbulkan dalam suatu perencanaan, proses pembangunan dan pengelolaan suatu hunian dan berupaya meningkatkan efisiensinya.

Apa saja pertimbangan untuk menjadi green architecture ??

Efisiensi energi, pengaturan secara efesien dari suatu hunian terhadap kebutuhan listrik, gas ataupun air yang diperlukannya. Hal ini berbanding lurus dengan ukurannya artinya semakin besar hunian semakin besar energi yang diperlukan, maka lay out tata ruang memiliki andil yang besar arsitek diharapkan bisa menangkap kebutuhan yang paling mendasar dari penghuni dan menyajikannya dalam desain yang terencana, sehingga tidak ada ruang-ruang yang terbuang dan terbengkalai.

Menciptakan energi sendiri belum cukup populer di Indonesia, mayoritas masih mengandalkan perusahaan listrik negara (PLN). Dalam jangka panjang perencanaan hunian perlu terobosan untuk menciptakan listrik untuk rumah sendiri sumber energi bisa diperoleh dari kondisi geografi tempat tinggal. Angin, panas matahari dan air, merupakan sebagian contoh sumber energi yang bisa diolah lebih lanjut.

Prioritaskan penggunaan material lokal, bahan alami dan bahan sisa pembangunan untuk merencanakan hunian, disamping masalah efisiensi juga membantu mengurangi sampah lingkungan. Material lokal dan alami yang dapat digunakan al bambu, batako, batu gamping, batu kali, pasir pantai, dll. yang dapat disertakan dalam perencanaan hunian.
Kayu dapat juga disertakan dengan pertimbangan kayu dari jenis yang pohon yang cepat pertumbuhannya, sehingga tidak merusak ekosistem.

   
Pengaturan sirkulasi udara, cahaya dan utilitas dengan upaya memanfaatkan kondisi alam semaksimal mungkin untuk kenyamanan hunian.


Pencahayaan alami mengacu pada arah mata angin, sehingga diperoleh pencahayaan yang maksimal. Untuk mendapatkan suhu yang nyaman dalam ruang, penempatan kanopi, tirai atau jenis barrier lainnya patut diperhatikan, sehingga penggunaan peralatan modern seperti AC dll yang menyedot banyak energi bisa diminimalisir atau dihindarkan.

Untuk memperoleh sirkulasi udara yang mengalir  perlu mengambil pelajaran dari teknik bangunan tempoe doeloe, yang berhasil mengatur aliran udara dan pencahayaan yang baik serta struktur bangunan yang kuat dan awet hingga sekarang.
Faktor yang mudah dilihat al karena tingginya ukuran plafond dan jendela, kemiringan atap yang relatif curam dan ketebalan dinding bangunan yang semuanya bertujuan pada kenyamanan dalam hunian.

Efisiensi dan perlindungan air tanah mulai diperhitungkan sejak perencanaan KDB/ Koefisien Dasar Bangunan yang dipersyaratkan sehingga masih memiliki ruang terbuka untuk penempatan sumur resapan, lubang biopri ataupun septik tank ramah lingkungan yang tidak mencemarkan lingkungan.

Penampungan air hujan dan air kotor dalam suatu hunian dipusatkan dalam sumur resapan, untuk menjaga kelestarian air tanah lingkungan sekitarnya. Sumur resapan dan lubang biopri prinsipnya memiliki tujuan yang sama, yaitu memudahkan air menyerap ke dalam tanah. Perbedaan terletak pada cara sistem kerjanya.

Penciptaan teknologi juga turut serta dalam green architecture
Clever flush toilet yang mengeluarkan air lebih sedikit dari toilet pada umumnya, karena kecepatan air yang lebih kencang, pengolahan air llimbah/ kotoran sendiri sehingga tidak membebani saluran air lingkungan, penggunaan pipa saluran yang lebih sedikit sehingga lebih ekonomis.

Biological filter septik tank, yaitu septik tank produksi pabrik berbahan fiber glass yang sudah dilengkapi dengan penyaring biologis, dan dirancang khusus untuk tidak mencemari lingkungan, sehingga lebih hemat, praktis dan tahan lama.

Perlu kewaspadaan dalam pemilihan material modern dalam hunian, karena kandungan bahan-bahan yang tidak lolos uji kelayakan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan, salah satunya adalah VOC atau Volatile organic compounds , yang kerap digunakan dalam alas karpet, bahan finishing atau pun pelapis furniture dan cat dinding.

Penerapan dalam skala tata kota berupaya mengkombinasikan penempatan ruang komersial, perumahan dan perkantoran agar memiliki akses untuk pejalan kaki, pengguna sepeda atau pun kendaraan umum, yang akhirnya dapat mereduksi polusi udara yang ditimbulkan.

  
Penghijauan tidak hanya diterapkan pada ruang-ruang publik saja, tetapi juga pada hunian itu sendiri, yang bertujuan mengoptimalkan penyerapan air dan memberikan nilai tambah bagi lingkungan sekitarnya.

Sumber :
http://www.griya-asri.com

Iklim dan Arsitektur di Indonesia

Iklim dan arsitektur di Indonesia sangat dipengaruhi oleh matahari. Kondisi alam akibat pengaruh iklim tersebut direspon manusia dengan menciptakan lingkungan binaan. Iklim di Indonesia adalah tropik basah, karena kadar uap airnya (humidity) tinggi dengan dua musim.

Pada daerah yang memiliki iklim tropik kering (humidity rendah), seperti daerah Arab, udara sangat panas. Penguapan sangat cepat, karena itu walaupun udara panas, mereka tetap memakai baju tebal untuk mencegah penguapan cairan tubuh yang terlalu cepat.

Masalah umum dan masalah bangunan:
1.   Panas bangunan tidak menyenangkan
2.   Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat
3.   Perlu perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan dan serangga
4.   Di sekitar lautan juga diperlukan perlindungan terhadap angin keras

Hal-hal penting untuk diperhatikan:
1.   Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antara masing-masing bangunan, untuk menjamin sirkulasi udara yang baik
2.   Orientasi bangunan adalah utara-selatan untuk mencegah pemanasan matahari terhadap fasade yang lebih lebar
3.   Bangunan harus memiliki lebar yang masih memungkinkan untuk mendapatkan ventilasi silang
4.   Ruang di sekitar bangunan harus diberi peneduh tetapi tidak mengganggu sirkulasi udara
5.   Harus dipersiapkan penyaluran air hujan dari atap ke halaman
6.   Bangunan ringan dengan daya serap panas yang rendah, contoh: dinding gedek atau bilik sebagai dinding bernafas untuk membantu penguapan.

Vegetasi merupakan sumberdaya alam bagi untuk bangunan, sebab:
1.   Berpengaruh terhadap arsitektur tradisional di zaman pertanian
2.   Berpengaruh pada lingkungan binaan yang terbentuk disesuaikan dengan alam

Contoh:
-      Sumatera dan Kalimantan kaya akan vegetasi yang subur seperti kayu, sehingga rumah berbahan kayu, lantai rumah ditinggikan karena menghindari kelembaban, dan atap curam untuk mengatasi curah hujan yang tinggi
-      Pada daerah Toraja digunakan bambu
-      Daerah Jawa, lantai semakin menempel ke tanah, tidak seperti di Sumatera
-      Di Kupang, Sumba, Flores, dan Timor, karena tidak ada hutan, banyak savana, maka digunakan rumbia dan alang-alang pada arsitekturnya.

Konstruksi Arsitektur Tropis
-      Ruang dilalui angin setinggi badan
-      Ruang para-para harus diberi angin
-      Lantai dapat diangkat, dijadikan lubang ventilasi (dapat dilalui angin)
-      Atap mempunyai daya serap panas yang rendah agar dapat menahan panas.

Tiga wujud arsitektur tropis:
1.   Arsitektur Teknologis
Semua pengkondisian interior dilakukan secara mekanis. Hanya tampak luarnya saja yang mencerminkan arsitektur tropis.
2.   Arsitektur Tropis Geografis
Menggunakan prinsip-prinsip arsitektur tropis secara menyeluruh, selubung bangunan, maupun di dalamnya.
3.   Arsitektur Kultural
Karena budaya yang turun temurun.

Pada daerah khatulistiwa, perbedaan temperatur iklim tropis basah tidak ekstrim. Untuk daerah tropis basah, dinding perlu memiliki lubang agar udara dapat mengalir dan mengurangi kelembaban udara dalam ruang, sehingga mempermudah penguapan. Pada prinsipnya, udara dapat mengalir di dalam ruangan, setinggi ruang, minimal setinggi badan. Temperatur di dalam dan di luar ruangan sama.

Sumber :


Teori Sajian Desain Arsitektur Tropis & Ramah Lingkungan

Menurut Corsini (1997), konsep bangunan yang fleksibel terhadap perubahan suhu dan kelembaban udara adalah menghindari pemancaran dan pemantulan panas matahari serta utilitas mesin bangunan, melalui penentuan bahan bangunan yang tepat, ventilasi dalam bangunan yang sempurna dan menyeluruh ke semua sudut ruangan, pemakaian bahan bangunan alami, tata tanaman yang mencukupi guna mendinginkan panas udara dan produksi oksigen serta atap dan langit-langit cukup tinggi untuk menaikkan udara panas di samping perhatian pada organisasi ruang yang dapat mengefisienkan gerakan di dalam bangunan.

Meletakkan 4 ventilasi angin pada dinding di atas lantai, pada jendela, pada dinding atas dan pada langit-langit. Tujuannya adalah ventilasi yang bergerak teratur, lurus dan menyeluruh ke sudut ruangan.

Arsitektur tradisional menginginkan kemudahan dalam bongkar pasang elemen bangunan yang mudah rusak. Dampak kenaikan suhu global memungkinkan perubahan perilaku jamur dan serangga, kemungkinan mati, muncul jenis baru, atau berperilaku baru, sehingga metode mudah bongkar pasang elemen arsitektur masih didikuti pada kawasan tropis ini. Pemakaian bahan bangunan yang anti jamur perlu dipertanyakan, sebagai contoh keramik berglasir tang dilapisi anti lumut, akhirnya juga ditumbuhi lumut.

Kehalusan permukaan dan warna bahan bangunan sangat menentukan iklim mikro di sekitar bangunan, warna cerah dan permukaan licin adalah pemantul sinar matahari yang baik dan menaikkan suhu sekitar. Warna gelap dan permukaan kasar akan membantu meredam dan menyerap sinar dan panas matahari. Bahan bangunan berpori mudah meluncurkan panas dan meluncurkannya kembali jika suhu udara disekitarnya menurun. Sangat bijaksana jika memanfaatkan bahan-bahan bangunan alami seperti aslinya untuk pelapis dinding dan lantai luar.

Di samping itu diperlukan teknik insulasi yang baik untuk meredam pancaran panas genteng ke ruang di bawahnya (kasur ijuk sangat baik sebagai isolasi atap di bawah genteng daripada nylon wool). Dalam ruang atap yang tertutup rapat, terjadi udara yang lebih panas dari sinar matahari atau suhu udara luar. Panas pada ruang atap akan dipancarkan ke bawah ke langit-langit dan dipancarkan lagi ke ruang fungsional di bawahnya.

Ikllim mikro di sekitar bangunan perlu dikendalikan dengan memanfaatkan tanaman hijauyang berdaun gelap dan lebat. Sangat ideal jika 30% - 70% volume ruang lahan bangunan terisi tanaman hijau dan 30% - 70% luasan permukkaan tanah tidak ditutupi material keras.

Di bawah lindungan bayang-bayang pohon akan terjadi suhu yang menyejukkan, karena terdapat akumulasi oksigen yang lebih banyak. Di samping itu keluaran uap air hasil fotosontesis dapat menyerap panas udara pada tanaman tersebut dan menurunkan suhu udara di sekitar pepohonan.

Untuk mengatasi kegerahan udara, maka pemakai bangunan diharapkan tidak melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu, sehingga untuk seluruh ruang-ruang fungsional perlu diorganisir secara baik.

          Tampilan bangunan yang bergaris horisontal dapat menimbulkan perasaan intim dan santai, sedangkan garis-garis vertikal yang terlalu banyak akan menimbulkan ketegangan. Demikian pula penggunaan warna-warna alami pada seluruh elemen bangunan akan meniadakan suasana stres serta tidak dapat memantulkan sinar matahari, sehingga membantu untuk mengurangi kenaikan suhu udara mikro di sekitar bangunan.

Menurut Khadiyanto (1997), alangkah baiknya bila tiap kawasan itu memiliki Master Plan Drainage dan menyelesaikan permasalahan mereka sendiri-sendiri. Misalnya daerah yang tinggi menyelesaikan masalahnya di atas pula, bukan membuangnya begitu saja ke bawah sehingga yang bawah pun tidak akan terlampau berat memikul beban dirinya ditambah beban kiriman daerah lain. Hal ini juga bermanfaat bagi konservasi sumber daya air. Sehingga, jika daerah atas membuang airnya ke bawah akibatnya aliran terserap ke dalam tanah mereka minim, sehingga pada musim kering akan sangat kesulitan air. Kalau penyelesaian masalah genangan air tersebut dengan cara meresapkan air ke dalam tanah mereka sendiri, maka persediaan air pada musim kering akan tercukupi.

Sumber :

Aspek Iklim Dalam Perancangan Arsitektur

IKLIM, UNSUR-UNSUR, DAN KOMPONEN PEMBENTUKNYA


Proses Terjadinya Iklim

 

Iklim adalah perubahan kondisi cuaca yang relatif tetap dan secara berkala karena pengaruh perputaran bumi (diteliti 10-20 tahun sekali), hasilnya berupa: tropis, sub tropis, dingin dan lain-lain. Sedangkan cuaca merupakan perubahan kondisi udara yang sifatnya setempat, dalam kurun waktu pendek, dan terjadi akibat bentang alam seperti pantai gunung dan padang rumput.

Iklim suatu lingkungan atau regional merupakan suatu keadaan atmosphere yang dipengaruhi oleh lima buah unsur penting berikut:
1. Suhu udara
2. Kelembaban
3.Angin
4.Curah hujan
5. Radiasi matahari

Unsur-unsur di atas tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Saling tergantung dalam memberikan karakter dari iklim daerah tersebut.

Ada 3 pelaku yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
1.   Iklim
-      Sinar matahari (MRT)
-      Angin (v m/dt)
-      Kelembaban (RH%)
-      Curah hujan (mm/thn)
-      Suhu udara (toC)
2.   Modifier
-      Pohon
-      Dinding
-      Screen
3.   Manusia
Modifikasi terbatas: pakaian, makanan, aktivitas, kebiasaan

Iklim Makro dan iklim Mikro

Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan (fisik) dan kenyamanan (rasa) pemakai di sebuah ruang bangunan. Sedangkan iklim makro adalah kondisi iklim pada suatu daerah tertentu yang meliputi area yang lebih besar dan mempengaruhi iklim mikro. Iklim makro dipengaruhi oleh lintasan matahari, posisi dan model geografis, yang mengakibatkan pengaruh pada cahaya matahari dan pembayangan serta hal-hal lain pada kawasan tersebut, misalnya radiasi panas, pergerakan udara, curah hujan, kelembaban udara, dan temperatur udara.

Sistem lingkungan membentuk bangunan (buildings as a modifier, or climate modifier).
Modifier merupakan cara mengatasi iklim dengan mempergunakan teknologi tepat guna. Modifier adalah barang buatan yang mampu membuat iklim mikro yang nyaman bagi manusia.

Cara mengelola/memanfaatkan iklim makro
-      Membuka jendela pada utara–selatan
-      Pohon perdu diletakkan di timur, sebab angin pada bulan Maret-September kering (tidak membawa uap air), sehingga tidak lembab. Jika menanam pohon di barat, sebaiknya dipertinggi agar tidak membawa uap air masuk ke ruangan
-      Yang dibuka dinding timur, sehingga bila Desember, angin tidak masuk
-      Kamar mandi sebaiknya ditaruh di sebelah barat saja agar cepat kering (tidak lembab)
-      Angin yang baik adalah yang lewat depan/samping (posisi bangunan tidak membelakangi angin). Angin dari bawah dan atas tidak baik.

Iklim mikro dipengaruhi oleh faktor-faktor:
-       Orientasi bangunan
-       Ventilasi (lubang-lubang pembukaan di dalam ruang untuk masuknya penghawaan)
-       Sun shading (penghalang cahaya matahari)
-       Pengendalian kelembaban udara
-       Penggunaan bahan-bahan bangunan
-       Bentuk dan ukuran ruang
-       Pengaturan vegetasi

Keseimbangan Energi

 

Hal-hal yang berpengaruh terhadap keseimbangan energi (thermal performance) adalah:
-      Solar Heat Gains (sinar langsung, lingkungan, dll)
-      Pemilihan bahan (BJ, kalor jenis, time lag, daya hantar)
-      Warna
-      Tekstur
-      Dimensi (kantor, hotel, apartemen, pabrik)
-      Teknologi pembayang dan bentuk perimeter (vertikal horisontal, kisi-kisi, dan lain-lain)
-      Teknologi insulasi (reflective, resistive, capacitive)
-      Thermal Insulating Properties (dinding, atap, lantai)
-      Ventilation System

Teori Energi:
-      Sifat: massa dan materi terkecil penyeimbang alam
-      Bentuk, gejala: panas, suara, gelombang, cahaya
-      Penyebaran: pancaran dan radiasi (tanpa media), dapat dihalangi, dipantulkan, diserap, dikumpulkan dan ditransmisikan oleh materi lain.

Pembagian Iklim

 

Hingga saat ini klasifikasi iklim banyak berdasarkan penggunaan dalam ilmu pertanian. Untuk aplikasi arsitektural, pembagian iklim lebih erat hubungannya dengan faktor kenyamanan atau comfort. Dalam hat ini iklim selanjutnya dapat dibagi menjadi empat bagian:

1. Iklim Dingin (Cold Climate)
Masalah utama dari iklim ini adalah kurangnya panas dari radiasi matahari Suhu udara rata-rata -15o C, dengan kelembaban relatif yang rata-rata tinggi selama musim dingin.

2. Iklim Moderat
Iklim ini ditandai dengan variasi panas yang berlebihan dan dingin yang berlebihan pula, namun tidak terlalu menyolok. Suhu udara rata-rata terendah pada musim dingin ialah -15o C dan suhu terpanas adalah sekitar 25o C.

3. Iklim Panas Kering
Iklim ini ditandai dengan panas yang berlebihan, udara kering, suhu udara rata-rata 25o C – 45o C terpanas dan 10o C terdingin disertai dengan kelembaban relatif yang sangat rendah.

4. Iklim Panas Lembab
Iklim ini ditandai dengan panas yang berlebihan disertai dengan kelembaban relatif yang tinggi pula. Suhu udara rata-rata di atas 20o C dengan kelembaban relatif sekitar 80-90 %.

Komponen-komponen Iklim

 

Komponen-komponen iklim terdiri atas:

1. Angin (Air Movement)
Adalah pergerakan udara atau udara yang bergerak. Gerakan mempunyai arah dan kecepatan (v) serta percepatan (a). Angin merupakan gerak akibat/penyeimbang di dalam kumpulan partikel-partikel udara. Apabila sebagian partikel-partikel tersebut mendapat/menerima energi sehingga geraknya semakin cepat – keregangan meningkat dan berat jenis berkurang yang menyebabkan pergolakan volume udara tersebut terhadap partikel yang lain.

2. Kelembaban
Adalah Jumlah kandungan uap air dalam satuan volume udara. Iklim laut ditandai dengan kelembaban tinggi sedangkan iklim kontinental ditandai dengan kelembaban rendah.

3. Curah Hujan
Adalah frekuensi dan banyaknya hujan yang terjadi di suatu daerah.

IKLIM DAN ARSITEKTUR

 

Iklim dan arsitektur adalah bagian dari sains bangunan dan sains arsitektur. Sains bangunan adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungannya. Bangunan dan shelter dalam hal ini berlaku sebagai perubah (modifier) lingkungan luar (outdoor environment) menjadi lingkungan dalam (indoor environment) yang mempunyai atau memenuhi syarat habitasi dan penghunian bagi manusia.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain:
- iklim setempat
- lingkungan panas, suara dan penerangan
- manusia dan cara habitasinya
- sistem lay-out bangunan
- bentuk bangunan
- sistem konstruksi bangunan
- pemilihan material bangunan

Hubungan Iklim dengan Teori Evolusi dan Ekologi Arsitektur

Proses Terjadinya Bentuk
- Form Determinants
- Function
- Context
- Structure
- Form Resolution
- material dan cara penggunaan
- metoda dan konstruksi
- pertimbangan ekonomi dan sumber daya
- estetika

Bentuk dan lingkungannya

Alam memberikan tekanan secara langsung kepada proses terjadinya bentuk semua yang berada di alam ini. Misalnya: bentuk ikan diodon atau landaka. Di daerah dingin bentuk ikan tersebut agak bulat dan padat, karena dengan bentuk ini dapat menyimpan panas lebih lama. Sebaliknya ikan ini di daerah panas berubah bentuknya, menjadi lebih melebar dan pipih, dengan bentuk ini panas yang diterima lebih cepat dilepas, karena adanya lingkungan panas yang berlebihan.

Seperti apa yang telah disebutkan oleh Oliver Lodge: “Ignoratu mootu, Ignoratur Natuna”, yang dapat berarti bahwa perubahan yang konstan sesuai dengan teori transformasi, yaitu apabila “genus” atau spesies yang sama dengan lingkungan yang berbeda akan memberikan pengaruh proporsi yang berbeda pula. Nampak pula dalam hal ini dalam bentuk-bentuk tanaman yang berbeda-beda pada iklim yang berbeda.

Demikian pula proses terjadinya “shape” bangunan, shape yang optimum adalah bentuk yang dapat menerima panas sesedikit mungkin di waktu musim panas, dan mampu menahan panas sebanyak mungkin pada waktu musim dingin.

Bentuk Tata Lingkungan

 

Iklim mempengaruhi bentuk tata lingkungan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik tata lingkungan pada beberapa daerah sesuai dengan iklim yang berlaku di tempat tersebut:

-      Untuk daerah beriklim tropis lembab atau panas lembab, jarak antara bangunan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Luasan dinding bangunan dengan pembukaan untuk ventilasi sebanyak mungkin berhubungan dengan luar sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena kenyamanan di daerah tropis lembab hanya dapat dicapai dengan bantuan aliran angin yang cukup pada tubuh manusia. Perancangan landscape harus memperhatikan prinsip kelancaran angin yang mengalir.

-      Sebaiknya untuk di daerah panas kering, luasan dinding bangunan dikurangi sebanyak mungkin untuk tidak berhubungan langsung dengan ruang luar. Antara bangunan dihindari adanya ruang luar, satu sama lain kompak, sehingga sinar matahari sangat sedikit yang menimpa langsung bangunan. Bila harus ada ruang di antara bangunan pun diusahakan agar antara dinding bangunan yang satu dengan yang lain saling membayangi terhadap sinar matahari. Oleh sebab itu kecenderungannya bangunan lebih efisien kalau rendah dan masif.

Oleh sebab itu kepadatan bangunan di daerah tropis lembab kecenderungannya rendah. Kepadatan bangunan tinggi untuk daerah tropis kering. Untuk di daerah dingin, bentuk susunan bangunannya cenderung kompak, padat dan mempunyai luasan jendela yang luas agar dapat menerima panas matahari yang lebih banyak.

Analisa Iklim dalam Arsitektur

 

Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengaruh iklim terhadap arsitektur, maka analisa dapat dilakukan, yang meliputi:

1. Analisa Lahan
Analis ini meliputi adaptasi terhadap lingkungan.

2. Analisa Orientasi
Dicari arah yang terbaik agar didapat lingkungan yang sesuai dengan yang disyaratkan.

3. Analisa Bentuk
Meliputi analisa dari rancangan bangunan dan komposisi kelompok bangunan. Design bangunan secara tunggal berpengaruh pada terbentuknya suatu lingkungan dalam bangunan tersebut yang merupakan suatu modifikasi lingkungan luar yang dibentuk oleh kelompok bangunan. Bentuk dari kelompok bangunan ini mempunyai pengaruh pada lingkungan luar yang terjadi. Kepadatan bangunan mempunyai pengaruh besar pada pembentukan iklim lingkungan luar.

4. Analisa Sistem Konstruksi
Sistem konstruksi berpengaruh pada proses modifikasi iklim atau lingkungan luar menjadi lingkungan dalam yang terhuni dengan baik. Dengan analisa-analisa di atas dapat diketahui gradasi pengaruh iklim pada setiap langkah perencanaan.

PENGARUH IKLIM TERHADAP MANUSIA

Fungsi utama dari arsitektur adalah harus mampu menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik dengan cara menanggulangi tekanan iklim yang ada. “Stress” yang terjadi harus sesedikit mungkin. Suatu sistem guna mencapai kondisi keseimbangan antara iklim dan arsitektur sulit sekali untuk diketengahkan, sebab dalam hal ini banyak sekali cabang ilmu yang tersangkut.

Usaha untuk menyeimbangkan antara iklim dan arsitektur, dilakukan dengan memanfaatkan unsur-unsur iklim yang ada, seperti angin, suhu udara, dan lain-lain, sehingga akhirnya manusia dapat memperoleh kenyamanan yang diharapkan.

Kenyamanan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Kenyamanan thermal
2. Kenyamanan visual
3. Kenyamanan Audial

Manusia dan Kenyamanan Thermal

 

Agar manusia survive maka keseimbangan panas (thermal balance) harus terjaga baik, yang artinya heat loss (panas yang hilang) harus sama dengan heat production (panas yang dihasilkan) dari tubuh.

Thermal comfort dipengaruhi oleh dua faktor:
1. Faktor fisik (physical environment)
- suhu udara
- kelembaban relatif
- kecepatan angin
2. Faktor non fisik (non physical environment)
- jenis kelamin
- umur atau usia
- pakaian yang dipakai
- jenis aktivitas yang sedang dikerjakan

Di wilayah Indonesia sendiri, khususnya di daerah Jawa, nenek moyang kita sejak zaman purbakala selalu menghadapkan pintu utama rumahnya ke arah selatan atau utara. Orang Minangkabau memilih bentuk atap rumahnya yang tinggi serta curam. Hal ini dilakukan untuk mengisolir teriknya matahari yang berlebihan dan memudahkan pengaturan air hujan yang seringkali jatuh dalam jumlah besar. Rumah-rumah di Kalimantan, Sulawesi, Irian dan Priangan umumnya didirikan di atas tiang-tiang atau umpak. Hal ini baik untuk mengurangi dan menghilangkan kelembaban di dalam ruangan.

Pada dasarnya, ada tiga faktor terpenting yang menyangkut bahan-bahan pemikiran dalam melaksanakan suatu perencanaan bangunan, yaitu:
1. Manusia dengan kebutuhannya
2. Pengaruh iklim
3. Bahan bangunan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan ruang:
1. Pergerakan udara
2. Suhu udara
3. Kelembaban udara
4. Radiasi

Tingkat Perencanaan Lingkungan Binaan dalam Aspek Kenyamanan Thermal

 

Aspek kenyamanan thermal untuk perencanaan lingkungan binaan mencakup:
1. Eksterior bangunan
2. Interior
3. Selubung bangunan

Perencanaan terhadap masing-masing cakupan di atas berkaitan dengan bentuk bangunan, seperti: ketinggian lantai bangunan, bentuk massa dan dimensi bangunan.

Lingkungan Thermis

 

Faktor penting yang berpengaruh dalam perancangan lingkungan panas untuk bangunan ialah:
1.    Batasan minimum dan maksimum dan kenyamanan thermis (thermal comfort) pemakai bangunan. Misalnya thermal comfort untuk orang Indonesia ialah antara 25,4 – 28,9 derajat Celcius.
2.    Gambaran tentang iklim setempat, yaitu suhu udara, kecepatan angin, kelembaban relatif dan solar radiasi.
3.    Prosedur perancangan serta kelakuan fisik dari material bangunan dan sistem konstruksi bangunan.

Faktor penting yang menentukan respon panas dari bangunan ialah:
1. Kemampuan menyimpan panas dari semua elemen bangunan
2. Kemampuan mengisolasi panas dari semua elemen bangunan
3. Radiasi matahari langsung dan tak langsung
4. Sistem penghawaan
5. Produksi panas dalam ruang, misalnya dari manusia, sistem penerangan.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi udara luar
  1. 1.   Radiasi matahari
    Daerah di sekitar garis khatulistiwa akan memperoleh radiasi matahari lebih besar dan sering sehingga suhu udara daerah tropis relatif lebih tinggi dibanding daerah lain.
    2.   Letak atau ketinggian daerah
    Daerah pantai suhu udara relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pegunungan.
    3.   Kepadatan kota
    Jika sangat padat oleh gedung, jalan, sedikit tanaman atau taman kota g suhu udara lebih tinggi dibanding kebalikannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi udara dalam

1.   Ketebalan dinding
Makin tebal dinding makin kecil pengaruh suhu udara luar terhadap suhu udara di dalam ruangan.

2.   Bahan bangunan
a)     Berkaitan dengan konduktivitas thermis (k)
b)    Jika ‘k’ kecil g menghasilkan kalor konduksi yang kecil pula.

3.   Jendela kaca
a)     Jenis kaca jendela (bahan, tebal)
b)    Luas jendela
c)    Warna kaca

4.   Atap bangunan
a)     Pada daerah bangunan tropis pengaruh radiasi terbesar terletak pada atap bangunan.
b)    Jenis-jenis atap:
1.   Atap dasar
-      Terdapat pada gedung-gedung bertingkat tinggi terbuat dari beton atau sejenis, dan tergolong pada atap berat.
2.   Atap miring
-      Terdapat pada rumah tinggal biasa dengan bahan dari kayu, seng, asbestos, genting atau aluminium.
-      Antara atap dan langit-langit terdapat ruang kosong (udara), digolongkan pada atap ringan.
-      Inti: atap datar menerima radiasi matahari lebih besar dibanding atap miring.

5.   Warna
a)      Mempengaruhi suhu dalam ruangan yang disebabkan oleh penyerapan radiasi matahari.
b)      Koefisien penyerapan radiasi (L) makin besar (mendekati: 1) untuk warna hitam (gelap) dan sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

-      Fry, Maxwell and Drew, Jane (1964), Tropical Architecture in The Humid Zone, New York, Reinhold Publishing Corp.
-      F.L. Jeffrey; Climate and Architecture, New York, Reinhold Publishing Corp.
-      Martin, Evans (1980); Housing, Climate and Comfort, London, The Architecture Press.
-      Lippsmeller, George (1994); Bangunan Tropis (terjemahan), Jakarta, Penerbit Erlangga.
-      Olgay & Olgay (1980); Solar Control and Shading Devices
-      Setyo Soetiadji S, Ir, (1986); Anatomi Utilitas, Jakarta, Djambatan
-      Anderson, Bruce (1977); Solar Energy, Fundamentals in Building Design, Mc. Graw Hill Company
-      Boutet, Terry S; Controlling Air Movement, Mc. Graw Hill Book Corp., New York
-      International Passive and Hybrid Cooling Conference, Proceedings; Passive Cooling, University of Del ware
-      Melaragno, Michele (1982); Wind Architectural and Environmental Design, Van Nostrand, New York.
-      Mas Santoso, Dr; Diktat Kuliah Building Science, ITS, Surabaya